Akuntansi adalah
pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan
membantu manajer, investor, otoritas, dan pembuat keputusan lain untuk membuat
alokasi sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga
pemerintah. Akuntansi merupakan seni dalam mengukur, berkomunikasi, dan menginterpretasikan
ativitas keuangan. Dalam versi bahasa inggris, accountancy is the process of
identifying, measuring, and communicating economic information to permit
informed judgments and decisions by users of the information.
Secara luas, akuntansi sering disebut bahasa dunia usaha atau the language of
business. Perubahan di dalam masyarakat kita karena pertambahan kegiatan akan
disambungkan dengan “bahasa” ini yang dilaksanakan berupa pencatatan dan
menginterpretasikan data dasar ekonomi baik untuk perorangan, perusahaan,
pemerintah, dan badan-badan lainnya.
Sejarah dan perkembangan akuntansi
membuat akuntan masa kini menghargai kontribusi pemikiran terdahulu. Sejarah
juga dapat berbicara tentang proses perkembangannya hingga sampai pengembangan
masa kini. Pentingnya mempelajari sejarah adalah untuk memahami praktik dahulu,
sekarang dan prediksi masa depan.
EVOLUSI DOUBLE
ENTRY-BOOKKEEPING
Jantung akuntansi keuangan modern
ada pada sistem pembukuan berpasangan. Sistem ini melibatkan pembuatan paling
tidak dua masukan untuk setiap transaksi:
·
Satu debit pada suatu rekening
·
Satu kredit terkait pada rekening
lain.
Jumlah keseluruhan debit harus
selalu sama dengan jumlah keseluruhan kredit. Cara ini akan memudahkan
pemeriksaan jika terjadi kesalahan.
v
SEJARAH AWAL
AKUNTANSI
Akuntansi sebagai suatu seni yang
mendasarkan pada logika matematik -sekarang dikenal sebagai “pembukuan
berpasangan” (double-entry bookkeeping)- sudah dipahami di Italia sejak tahun
1495 pada saat Luca Pacioli (1445 - 1517), yang juga dikenal sebagai Friar
(Romo) Luca dal Borgo, mempublikasikan bukunya yang berjudul “Summa de
Arithmatica Geomaria, Proportioni et Proportionalita” di Venice, Itali. Buku
berbahasa Inggris pertama diketahui dipublikasikan di London oleh John Gouge
atau Gough pada tahun 1543. Pendapat mayoritas ilmuwan menyebutkan bahwa sistem
pencatatan sederhana telah ada kurang lebih tahun 3000 SM. Pada waktu tersebut
sudah terbentuk peradaban tua yaitu peradapan Kaldea-Babilonia, Asiria, dan
Samaria yang dikenal sebagai pembentuk sistem pemerintahan pertama di dunia,
pembentuk sistem bahasa tulisan tertua, dan pembuat catatan tertua. Terdapat
juga peradapan Mesir yang terkenal dengan sistem perputaran mesin keuangan dan
departemen. Peradapan lain yaitu Cina, dengan akuntansi pemerintahan yang
memainkan peran kunci dalam dinasti Chao (1122 – 256 SM). Kemudian peradapan
Yunani dengan manajer estat Appoloniusnya yang bernama Zenon yang
memperkenalkan sistem akuntansi pertanggungjawaban yang luas pada tahun 256 SM.
Peradaban Roma juga turut andil dalam pengembangan sistem pembukuan yang ditunjukkan
dengan hukum yang menentukan bahwa pembayar pajak harus membuat laporan posisi
keuangan dan hak warga negara tergantung pada tingkat kekayaan. Tidak mungkin
dilupakan adalah peran dari bangsa Arab atas sumbangan yang sangat berharga,
yaitu sistem numerik yang jauh lebih sederhana dari pada sistem numerik romawi.
Tak bisa terbayangkan apabila sistem akuntansi yang telah mencapai transaksi
trilyunan masih menggunakan sistem angka romawi. Apabila ditelusuri lagi,
sistem penemuan akuntansi (double entry) pertama adalah para pedagang. Para
pedagang inilah yang dengan cepat menyebarkan sistem akuntansi. Tak ada yang
bisa menyangkal sebuah kebenaran bahwa bangsa Arab adalah bangsa pedagang ulung
dan nabi Muhammad sendiri sejak masih remaja ikut melakukan perjalanan
perniagaan. Peradaban Mesir juga merupakan pemegang kendali perdagangan dunia
pada masanya. Sebuah peradaban dengan perdagangn yang diterima dunia tidak
mungkin tidak mempunyai sistem perakuntasian yang memadai. Kehadiran pembukuan
pada berbagai peradapan tersebut di atas masing-masing telah memenuhi prasyarat
tujuh prakondisi yang dikemukakan oleh C. Littleton.
Tujuh prasyarat tersebut adalah:
·
Seni menulis
·
Aritmatika
·
Kekayaan individu
·
Uang sebagai perantara dalam
perekonomian
·
Transaksi kredit
·
Perniagaan
·
Modal.
Sebenarnya buku pertama tentang
pembukuan berpasangan muncul pada tahun 1340 oleh Massari dari Genoa. Pembukuan
berpasangan ini mendahului Paciolo kurang lebih dua ratus tahun. Bahkan Raymond
de Rover menggambarkan perkembangan awal akuntansi di Itali yaitu pada
pencapaian pedagang-pedagang Itali kira-kira antara 1250 – 1400 dengan
pembukuan berpasangan. Di Itali juga disebutkan bahwa penggunaan akuntansi
sebagai pengendalian manajemen sejak 1400.
Perkembangan akuntansi saat itu juga
telah mengenalkan cost, accrual dan deferred. Bentuk-bentuk dasar akuntansi
berpasangan yang belum sempurna telah ada dalam peradaban Inca kuno dalam tahun
1577. Adanya fakta-fakta tersebut mengukuhkan bahwa peradapan-peradaban kuno
telah mengawali pembukuan jauh sebelum buku pastor Itali, Luca pacioli, terbit.
KONTRIBUSI LUCA
PACIOLI DAN PENGARUH ILMUWAN MUSLIM
Luca Pacioli
(sumber:www.wikipedia.com) Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa akuntansi
lahir dari tangan seorang pendeta Itali yang bernama Luca Pacioli yang juga
terkenal sebagai bapak Akuntansi. Pada tahun 1949 pacioli menerbitkan buku yang
berjudul ”Summa de Arithmatica, Geometrica, proportioni at Proportionalita” di
Venice Itali. Buku tersebut memuat 36 bab yang diantaranya terdapat dua bab
dengan judul De Computis et Scripturis yang menyebutkan double entry
bookkeeping system. Pacioli bukanlah orang yang menemukan pembukuan
berpasangan, tetapi menuliskan dan menggambarkan praktik yang sudah ada. Dia
menyebutkan bahwa tujuan pembukuan adalah untuk memberikan informasi yang tepat
waktu kepada pedagang tentang harta dan kewajibannya. Dia mengatakan, “Semua
pencatatan….harus dilakukan secara secara berpasangan, yaitu bahwa, jika Anda
membuat seseorang sebagai kreditor, Anda juga harus membuat orang lain sebagai
debitor”. Sebuah transaksi tidak hanya berpengaruh pada suatu rekening tetapi
juga akan berpengaruh terhadap rekening yang lain. Tiga buku yang digunakan
yaitu: memorandum, jurnal dan buku besar. Pacioli juga menyarankan untuk
membuat catatan diskriptif yang tidak hanya menyebutkan nama pembeli dan
penjual, ukuran, berat dan harga barang tetapi juga menyebutkan syarat
pembayaran secara kas atau tangguh (kredit). Disebutkan juga mata uang serta
nilai konversinya. Di saat yang sama dikarenakan waktu kongsi pendek, Pacioli
juga menuliskan penghitungan profit yang periodik dan penutupan buku. Berikut
nasihat yang diberikan: ”Adalah baik untuk menutup buku setiap tahun, khususnya
jika Anda dalam kerjasama dengan orang lain. Akuntansi membuat persahabatan
berlangsung lama” Secara umum buku Pacioli tersebut adalah sumbangan besar bagi
sejarah dan perkembangan akuntansi. Walaupun beberapa literatur menyebutkan
bahwa sebenarnya Pacioli bukanlah orang pertama yang menulis tentang akuntansi
dan pembukuan berpasangannya. Riahi-Belkoui (2000) menyebutkan bahwa buku
pertama tentang pembukuan berpasangan muncul pada tahun 1340 oleh Massari dari
Genoa. Pacioli sendiri mengakui bahwa metode pencatatan pembukuan telah
digunakan ratusan tahun sebelumnya. Pacioli mengaku melakukan penjiplakan dari
bahan manuskrip. Prof. Dr. Omar Abdulllah Zaid menyebutkan bahwa sebelum
munculnya buku Pacioli ada sebuah manuskrip yang ditulis pada tahun 765 H/1363
M yang menyebutkan dan menegaskan penggunaaan akuntansi dan pengembangannnya di
negara muslim. Manuskrip ini ditulis oleh penulis muslim, Abdullahh bin
Muhammad bin Kayak Al Mazindarani yang diberi judul ”Risalah Falakiyah Kitab As
Siyaqat”. Tulisan ini disimpan di perpustakaan Sulaiman Al Qanuni di Istambul
Turki. Di bagian manuskrip dengan nomor 2756 memuat akuntansi di negara Islam.
Tulisan-tulisan tentang pembukuan
berpasangan tidak terlepas dari perkembangan ilmu aritmatika dan penemuan angka
nol. Aritmatika yang mengembangkan persamaan Aljabar/Algebra yang merupakan
hasil ijtihad Aljabr, pemikir muslim pada masa kekhalifahan Abbasiyah. Demikian
juga penemuan angka nol juga oleh cendekiawan muslim, Al khawarizmi yang
dikenal Algoritma. Buku Pacioli sendiri sebenarnya bukanlah buku yang secara
khusus membahas pembukuan berpasangan, namun lebih kepada pembahasan Aritmatika
dan ilmu matematika yang lain. Padahal jauh sebelumnya penulisan yang dilakukan
oleh Pacioli, Al Jabr dan Al Khawarizmi telah mendahului dengan
penemuan-penemuan yang kontribusinya sampai saat ini masih digunakan secara
luas. Pada dinasti Abbasiyah sekitar abad ke-9 peradaban Islam telah memegang
kendali peradaban dunia, baik dari segi perdagangan maupun ilmu pengetahuan.
Jika ada klaim bahwa pembukuan berpasangan pertama adalah di Itali, perlu
adanya keraguan karena pada masa sebelumnya diterbitkan buku Pacioli,
perdagangan barat tidaklah menonjol bahkan sebelumnya dunia barat mengalami
Dark Ages.
PERKEMBANGAN
PEMBUKUAN BERPASANGAN
Memang harus diakui bahwa penulisan
dan penerbitan buku Summa de Arithmatica, Geometrica, proportioni at
Proportionalita membawa pengembangan akuntansi khususnya pembukuan berpasangan.
Cushing menggambarkan secara garis besar rangkaian tahapan perkembangan
pembukuan berpasangan sebagai berikut:
1.
Sekitar abad ke-16 teknik pembukuan
sedikit mengalami perubahan
Yaitu
terlihat nyata adalah pengenalan jurnal khusus untuk mencatat tipe-tipe
transaksi yang berbeda. Yamney juga mengemukakan penggunaan buku-buku pembantu
khusus.
2. Evolusi praktik pelaporan keuangan periodik pada abad ke-16
dan ke-17.
Terjadi
juga evolusi personifikasi akun dan transaksi sebagai upaya untuk membuat
aturan debit dan kredit menjadi lebih masuk akal.
3. Penerapan sistem berpasangan diperluas dalam tipe organisasi
yang berbeda. Peragallo menyebutkan pada periode 1559-1795 perluasan pembukuan
berpasangan juga diterapkan dalam negara dan biara. Kritik terhadap pembukuan
berpasangan sudah mulai terlihat luas yang mendorong dimulainya riset teoritis.
4. Pada abad ke-17 penggunaan akun persediaan terpisah untuk
tipe barang yang berbeda. Contohnya barang persediaan konsinyasi terpisah
dengan yang lain, demikian juga dengan barang dalam perjalanan dan barang dalam
persekutuan (Yamey).
5. Dimulai dengan East India Company dalam abad ke-17 dan
pertumbuhan korporasi yang berkelanjutan akibat dari revolusi industri,
menjadikan akuntansi mendapat perhatian yang lebih lagi. Terbukti adanya
pengembangan akuntansi biaya, pengakuan pada konsep continuity, periodicity,
dan sistem accrual.
6. Metode perlakuan aset tetap yang dikembangkan sebelum abad
ke-18. Menurut Yamey: ”Pertama, aset dibawa ke periode berikutnya dan selisih
antara pendapatan dan beban secara umum dimasukkan ke dalam aset, ditransfer ke
akun profit and loss pada tanggal neraca. Kedua, pengeluaran awal dan
pengeluaran lainnya serta penerimaan di tutup pada tanggal neraca dan selisih
antara debit dan kredit dibawa ke periode berikutnya. Ketiga, aset dinilai
kembali naik dan turunnya pada tanggal neraca, kemudian hasilnya dibawa ke periode
berikutnya dan perbedaan saldonya di poskan ke akun profit and loss.
7. Sampai dengan abad ke-19, depresiasi kekayaan diperlakukan
sebagai barang dagangan yang tidak terjual. Meskipun tidak banyak digunakan,
Saliero pada tahun 1915, membuktikan adanya metode depresiasi garis lurus,
metode menurun, sinking fund dan anuitas serta metode cost unit. Setelah tahun
1930-an beban depresiasi menjadi lebih umum.
8. Akuntansi biaya hadir pada abad ke-19 sebagai akibat
revolusi industri. Akuntansi biaya dimulai pada industri-industri tekstil pada
abad ke-15.D. R. Scott mencatat konsekuensi pabrik tekstil dalam The Cultural
Significance of Account yang menyebutkan munculnya akuntansi biaya pada
perusahaan manufaktur.
9. Perkembangan teknik akuntansi untuk pembayaran di muka dan
akrual untuk memungkinkan dilakukannya komputasi profit periodik terjadi pada
paruh kedua abad ke-19.
10. Perkembangan laporan dana terjadi pada paruh kedua abad
ke-19 dan abad ke-20.
11. Pada abad ke-20 terjadi perkembangan metode-metode akuntansi
yang menyangkut isu-isu kompleks, dari masalah komputasi earnings per lembar
saham, akuntansi untuk komputasi bisnis, akuntansi untuk inflasi, sewa guna
jangka panjang dan pensiun, sampai masalah akuntansi yang krusial untuk produk
baru dari rekayasa keuangan.
PERKEMBANGAN
PRINSIP AKUNTANSI DI USA
Berbagai kelompok di USA, secara
terus-menrus melakukan kajian-kajian untuk mengembangkan akuntansi. Pengujian
dan analisa kritis dilakukan terhadap teori-teori dan prinsip-prinsip
akuntansi. Ada empat fase dalam pengembangan akuntansi yang dapat
diidentifikasi. Pada fase pertama (1900 – 1933) manajemen sepenuhnya
mengendalikan pemilihan informasi keuangan yang diungkapkan dalam laporan
tahunan. Fase kedua (1933 – 1959) dan fase kedua (1959 -1973) lembaga-lembaga
professional telah memainkan perannya dalam pengembangan prinsip-prinsip
akuntansi. Pada fase fase (1959 – sekarang) Financial Accounting Standard Board
(FASB) dan berbagai kelompok penekan pendorong terjadinya politisasi akuntansi.
PERKEMBANGAN
AKUNTANSI DI INDONESIA
Jejak sejarah akuntansi di Indonesia
bisa ditelusuri ketika Belanda ‘beroperasi’ di Indonesia. Sebelum itu, tepatnya
zaman kejayaan kerajaan Majapahit, kerajaan Sriwijaya, dan kerajaan Mataram
tidak ada tanda khusus ataupun tulisan yang mensiratkan penerapan akuntansi.
Kendati demikian menurut Sukoharsono (Harahap, 2005:49) menilai bahwa akuntansi
masuk ke Indonesia ketika pedagang Arab mendarat dan mengadakan transaksi di
wilayah Nusantara. Dalam buku Teori Akuntansi-nya Harahap menyatakan ada 2
periodisasi perkembangan akuntansi di Nusantara, yaitu zaman Penjajahan dan
zaman Kemerdekaan.
1. Zaman Kolonial Sebelum Belanda
resmi menjajah Indonesia (1800-1942), perserikatan Maskapai Belanda yang
dikenal dengan nama Vereenigde Oost Indish Compagnie (VOC) telah berdiri pada
tahun 1602. VOC tersebut merupakan peleburan 14 Maskapai yang beroperasi di
Hindia Timur. Pada tahun 1619 VOC membuka cabang di Batavia dan tempat-tempat
lain di Indonesia. Kemudian pada abad ke-18 mengalami kemunduran hingga
akhirnya VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799. Berkaitan dengan
transaksi dagang rempah-rempah yang dilakukan VOC sudah bisa dipastikan
Maskapai Belanda tersebut telah melakukan pencacatan. Sehubungan dengan hal
tersebut, Ans Saribanon Sapiie (harahap, 2005: 50) mengemukakan bahwa menurut
Stible dan Stroomberg, bukti otentik mengenai pencatatan pembukuan di Indonesia
paling dilakukan menjelang abad ke-17. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya
sebuah instruksi Gubernur Jenderal VOC pada tahun 1642 yang mengharuskan
dilakukan pengurusan pembukuan atas penerimaan uang, pinjaman-pinjaman, dan
jumlah uang yang diperlukan untuk pengeluaran (ekspoitasi) garnisun-garnisun
dan galangan kapal yang ada di Batavia dan Surabaya. Pada zaman penjajahan Belanda
(setelah bubarnya VOC), catatan pembukuan menekankan pada mekanisme debit
kredit, yang dijumpai pada pembukuan Amphioen Socyteit di Batavia yang bergerak
di bidang peredaran candu atau morfin. Selanjutnya berdiri juga
perusahaan-perusahaan Belanda yang membuka perwakilan di Indonesia. Untuk
catatan pembukuannya merupakan modifikasi sistem Venice-Itali, dan tidak
dijumpai adanya kerangka pemikiran konseptual untuk mengembangkan system
pencatatan tersebut. Sedangkan, segmen bisnis menengah ke bawah dikuasai oleh
pedagang-pedagang keturunan antara lain ada Cina, India dan Arab. Sejalan
dengan hal tersebut penyelenggaraan pembukuan dipengaruhi oleh sistem etnis
masing-masing. Menurut Hadibroto (Harahap, 2005:
51) mengikhtisarkan pembukuan asal etnis sebagai berikut:
a.
Sistem pembukuan Cina terdiri dari
lima kelompok
Yaitu: Sistem Hokkian (Amoy), system
Kanton, system Hokka, system Tio Tjoe/system swatoe, system gaya baru.
b.
Sistem pembukuan India atau system
Bombay
c.
Sistem pembukuan Arab atau Hadramaut
Adapun dalam masa penjahahan Jepang (1942 – 1945) pembukuan tidak mengalami
perubahan yang cukup berarti, tetap menggunakan pola Belanda. Karena banyak
orang Belanda yang ditangkap oleh Jepang, maka tenaga pengajar untuk sistem
pembukuan berkurang. Pada masa tersebut tercatat yang menjadi tenaga pengajar
pembukuan adalah J.E de I’duse, Akuntan, Dr. Abutari, Akuntan, J.D Massie dan
R.S. Koesoemoputra. Jepang juga mengajarkan pembukuan dalam huruf kanji tetapi
tidak diajarkan pada orang-orang Indonesia.
2. Zaman Kemerdekaan Sebagai daerah
bekas jajahan Belanda, kondisi praktik pembukuan dan perkembangan pemikiran
akuntansinya sangat dipengaruhi oleh pola Belanda samapi dasawarsa 1960-an.
Sistem tersebut lebih dikenal dengan nama tata buku. Di dunia pendidikan tinggi
akuntansi pola Belanda ini sangat berpengaruh dalam kurikulum pengajarannya
sampai dengan pertengahan dasawarsa tahun 1970-an. Dalam masa itu, untuk
memperoleh gelar akuntan harus melalui sistem panjang dengan lama pendidikan 6
tahun, yaitu 4 tahun untuk studi ekonomi perusahaan (manajemen) dan 2 tahun
untuk studi akuntansinya. Buku yang dipergunakan dalam pengajaran tersebut
adalah buku teks karangan Belanda yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
oleh R. Soemita Adikoesoemah, yaitu antara lain Tata Buku oleh Amaniuli; Tata
Buku Lanjutan (Vooretgezet Boekhouden) oleh Dr. A.J.A. Prange; Administrasi
Perusahaan Modern (APM); Teori Ilmu Biaya dan Neraca oleh Prof. Dr. Mey Jr;
Ilmu Biaya dan Harga Pokok oleh Van Der Schroef; Ilmu Neraca (Bedrijfshuis
houndkonde-Balansleer) oleh Dr. O. Bakker; Dasar-Dasar Organisasi Administrasi
oleh J. Van Nimwegen: Pengantar Kontrol bagi Akuntan (Inleiding Tot de Leer van
de Accountantscontrole) oleh J.E. Spinosa Catella dan L.G. Van Der Hoek.
Tingkat pendidikan menengah SMEA dan SLTA/SMU, buku pegangannya adalah Tata
Buku-Amaniuli dan Hitung Dagang saduran Effendi Harahap maupun buku-buku
karangan Z.A. Moechtar. Pengajaran Tata Buku berlangsung hingga dasawarsa
1970-an, ditandai dengan terbitnya Tata Buku dalam Masa Pembangunan, dan Hitung
Dagang karangan Z.A. Moechtar, yang terutama digunakan lembaga-lembaga kursus
Bond A (A1 dan A2), Bond B dan APM. Pada tahun 1905 mulai berdatangan
perusahaan-perusahaan asing seperti Shell (Inggris), Caltex, dan Stanvak (AS).
Sejalan dengan itu, penerapan akuntansi di Indonesia mulai dipengaruhi oleh
perusahaan asing tersebut, khususnya Amerika Serikat.
Pola Amerika Serikat ini semakin
kuat menggeser pola Belanda setelah Indonesia memutus hubungan diplomasi dengan
Belanda terkait masalah konfrontasi Irian Jaya pada tahun 1957. Pada tanggal 23
Desember 1957 Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) berdiri di Jakarta. IAI berhasil
menyusun dan Menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) pada tahun 1973,
dengan maksud antara lain: menghimpun prinsip-prinsip yang lazim berlaku di
Indonesia dan sebagai prasarana bagi terbentuknya pasar uang dan modal di
Indonesia. Ketika itu bagi perusahaan yang akan go public harus menyusun
laporan keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi Indonesia. Prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI) 1973 adalah hasil kerja panitia penghimpun
bahan-bahan dan striktur dari Generally Accepted Accounting Principles dan
Generally Acceptes Auditing Standard yang terdiri dari dewan penasihat panitia
kerja. Pengkodifikasian prinsip akuntansi tersebut disahkan pada konggres III
tanggal 2 Desember 1973, yaitu menjelang adanya pasar uang dan modal. Adapun
bahan-bahan yang digunakan menghimpun Prinsip Akuntansi 1973 adalah sebagai
berikut:
- Buku prinsip-prinsip akuntansi yang
diterbitkan Direktorat Akuntan Negara, Direktorat Jenderal
- Pengawasan keuangan
Negara (DJPKN), Departemen Keuangan RI yang sekarang bernama BPKP.
- Inventory of Generally Accepted Accounting Principles for
Business Enterprise, oleh Paul Grady, diterbitkan oleh AICPA
- Opinions of Accounting Principles Board, diterbitkan oleh
AICPA
- Kumpulan dari Accounting Research Bulletin (ARBs),
diterbitkan oleh AICPA
- Statement of Australian Accounting Principles, diterbitkan
oleh Accounting and Auditing
- Research Committee dari Accountancy Research
Foundation.
- Wet op de Jaarekening van Ondernemingen, diterbitkan oleh
NIVRA
- Beberapa Literatur lainnya.
Prinsip
Akuntansi 1973 disempurnakan kembali dengan adanya Prinsip Akuntansi 1984.
Dalam Prinsip baru ini prinsip-prinsip yang memerlukan penjabaran lebih lanjut
diatur dengan “pernyataaan” tersendiri. Sehubungan dengan hal itu, komite
PAI-PAI mulai tahun 1986 menerbitkan serangkaian Pernyataan PAI dan
Interpretasi PAI untuk mengambangkan, menambah, mengubah serta menjelaskan
standard keuangan yang berlaku, yang merupakan bagian yang terpisahkan dari
prinsip Akuntansi 1984. Prinsip Akuntansi 1984 kemudian diganti dengan Prinsip
Akuntansi 1994 yang mengadopsi pernyataan resmi (Pronouncements) International
Accounting Standard Committee (IASC). Kemudian IAI menerbitkan dua buku, yaitu
Standar Akuntansi Keuangan 1994, yang berisi Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan dan Seperangkat Standar Akuntansi Keuangan, terdiri
35 pernyataan yang setaraf standar internasional. Kerangka dasar dan
seperangkat penyusunan terebut, merupakan landasan yang dianggap kokoh untuk
penegmbangan labih lanjut. Berlaku untuk penyusunan laporan keuangan mencakup
periode laporan yang dimulai atau setelah tanggal 1 Januari 1995.
Untuk mengembangkan
akuntansi, pada tahun 1957 berdiri organisasi Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI).
Namun, baru tahun 1967 saat dibukanya penanam modal asing, akuntansi di
Indonesia berkembang pesat. Jasa besar IAI adalah penyusunan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) 1996 sebagai dasar penyusunan laporan keuangan perusahaan di
Indonesia.
Dan perkembangan terbaru bahwa IAI sebagai regulator dan pembuat standar
akuntansi keuangan di Indonesia , telah menyelesaikan lebih dari 90 persen
adaptasi International Financial Reporting Standard yang berlaku secara global
diseluruh dunia.
Sumber :
http://syawalakuntansi.blogspot.com/2013/03/pengertian-dan-perkembangan-sejarah.html